mukjizat.co – Di saat pandemi seperti sekarang, membangkitkan harapan adalah hal yang sangat penting. Jangan sampai kita putus asa, apalagi dengan pertolongan Allah SWT. Kita harus memastikan semua usaha empiris telah kita lakukan, juga usaha yang bersifat keimanan kepada Allah SWT.
Kali ini ada kisah optimisme yang sangat menakjubkan. Kisah nyata ini ditulis oleh Sinta Yudisia, seorang psikiolog yang telah menulis lebih dari 60 buku. Berkat keyakinan yang kuat kepada kuasa dan kehendak Allah SWT, tidak ada hal yang mustahil terjadi.
Era Catur Orasetya. Seorang lelaki, psikiater, yang terpapar covid 19 untuk kedua kalinya. Kali ke-2 harus menggunakan ventilator dan menyabung nyawa. Ia selamat. Hidup! Lolos dari lubang jarum dan angka kemungkinan 2% untuk selamat.
Terjadinya kemukjizatan
Semua yang terjadi di alam semesta tunduk kepada aturan Allah SWT atau sunnatullah yang kita ketahui. Tapi ada juga sunnatullah yang tidak kita ketahui, sehingga sering kita namakan dengan keajaiban. Allah memberikan mukjizat, setelah terpenuhinya aspek-aspek yang lain.
Mengapa lelaki ini lolos dari maut? Dengan D-dimer 13.000, saturasi jauh di bawah normal, bergantung ventilator, alat yang terdengar sangat mengerikan seperti kita mendengar vonis hukuman mati atau vonis kanker stadium IV. Setiap orang akan menebak. Izrail akan mengetuk pintu kamar ICU-nya sebentar lagi.
Nyatanya ia, tadi pagi segar bugar. Memberikan materi yang membuat mata peserta berlinangan dan kembali menimbang-nimbang sebuah pertanyaan penting: Apakah hidupku sudah berharga?
Semangat dari istri tercinta
Ketika setiap orang menebak-nebak bahwa umurnya tak akan lama, sebaliknya dengan sang istri. Ia mengatakan, ”Mas jangan bingung. Jangan khawatir. Ini tak akan lama, sebentar lagi insyaallah selesai.
Sang istri “merampas” HP dari tangan suami. Walau ribuan orang memberikan doa dan semangat, HP di tangan orang sakit bisa melelahkan.
Berusaha menjaga kesadaran
Berusaha menjaga kesadaran selama dalam extracorporeal membrane oxygenation (ECMO) therapy. Dengan ventilator dan kesadaran naik turun, sang istri mengingatkan perawat untuk membangunkan setiap shalat 5 waktu.
Sang suami, mencoba shalat sebisanya dengan ingatan tersisa. Mencoba merasakan makanan yang masuk. Mencoba merasakan air hangat yang diusapkan ke kulitnya untuk mandi.
Menghindari toxic positivity
Toxic positivity dari teman-teman yang sebetulnya berniat baik. Menghindari perasaan tak enak, perasaan tak berharga karena, “Ah, aku tak sebaik yang disangka teman-temanku. Aku tak sekuat itu.” Semakin sedikit interaksi dengan HP, semakin baik.
Jeda
Jeda dengan manusia. Merapat dengan Pencipta. Tanpa HP, terisolasi, hanya berteman alat-alat dan kunjungan nakes sesekali; waktu bermunajat melimpah ruah.
Apakah tak boleh menerima perhatian? Boleh sekali. Bahkan perhatian dari teman, kerabat sangat membahagiakan.
Seperti seorang teman yang mengiriminya koyo hangat untuk ditempelkan di tubuh. Tak harus makanan atau suplemen.
Kita sebaiknya juga jangan sering-sering japri si sakit menanyakan kondisinya. Kirimkan saja doa, jangan mengirimkan pesan yang membutuhkan jawaban. Kecuali bila sangat mendesak.
Yakin dengan hikmah dari Allah SWT
Segala penderitaan sejak terindikasi Covid hingga menyerahkan jiwa raga pada Sang Pencipta dan pada tenaga ahli. Meski sakit, pedih, nyeri, tak tertahankan, semua dilalui. Airmata bukan kekalahan. Airmata adalah tanda, bahwa kita mencoba sabar menanggung penderitaan.
Ada kondisi delirium, halusinasi. Merasa tubuh disiksa dan dianiaya. Dalam kondisi kesakitan sangat, berdiskusi dengan Allah dan tawar menawar dengan kebaikan yang pernah dilakukan.
Doa dari banyak orang
Begitu banyak orang di luar sana yang menangis dan mendoakan kesembuhan. Karena apa? Karena kebaikan-kebaikan yang ditanamkan, nasehat-nasehat yang dilontarkan, kalimat-kalimat baik yang diucapkan.
Bahkan, ketika sang dokter sudah lupa pernah berbuat baik pada seseorang yang tetap mengingat kebaikannya.
Baca juga:
- Meluruskan Fikih Gerakan SPK dalam Menyikapi Wabah Corona
- Saat Perang Ada Shalat Berjamaah, Kenapa Saat Corona Dihilangkan?
- Al-Quran Meningkatkan Imunitas Menghadapi Corona
- Agar Bisa Ridha Saat Harus Berpisah
Semua ini membuktikan bahwa mengingat Allah SWT, taat dan beribadah kepada-Nya di saat senang akan menjadi sebab datangnya pertolongan Allah SWT di saat sangat genting dan kebanyakan orang berputus asa. Karena itulah seorang Mukmin tidak akan pernah berputus asa. Demikianlah, kesempatan hidup 2% tapi selamat dengan mukjizat shalat. (sof1/mukjizat.co)
Mutiara tadabur para ulama tafsir: Al-Fatihah I Al-Baqarah I Ali Imran I An-Nisa I Al-Maidah I Al-An’am
Ikuti kami juga di Media Sosial
Tulis komentar terbaik Anda di sini