mukjizat.co – Peristiwa Isra Miraj memiliki arti yang sangat penting untuk umat Islam. Peristiwa yang terjadi pada sepotong malam di awal sejarah Islam telah memberikan legitimasi yang lengkap bagi umat Islam untuk memimpin dunia. Tak perlu ucapan, cukup dengan tindakan dan perjuangan.
Kekuasaan Allah Tak Terbatas
Kekuasaan Allah SWT tidak terbatas. Tidak berketentuan. Allah SWT Maha Kuasa atas segala sesuatu. Baik yang akal manusia bisa mencernanya, maupun yang mereka anggap sebagai sesuatu yang mustahil. Oleh karena itu, peristiwa Isra dan Miraj yang sangat besar ini ayat yang menjelaskannya berawalan dengan kata “سبحان”.
Awalnya kata “سبحان” adalah sebuah perkataan untuk mengungkapkan takjub. Kalau melihat hal-hal yang menakjubkan, ungkapannya adalah subhanallah. Kenapa? Maha suci Allah SWT dari sifat lemah dalam menciptakan hal menakjubkan itu. Kita mensucikan hati dan pikiran kita dari perasaan seperti itu.
Zikir Subhanallah hendaknya kita amalkan, kalau ada perasaan-perasaan yang tidak baik kepada Allah SWT. Saat kecewa karena tidak berhasil; hidup miskin; doa tidak terkabul; dan sebagainya hendaknya kita menzikirkannya.
Isra Miraj Hadiah Untuk Rasulullah
Kata “أسرى” menunjukkan bahwa peristiwa Isra Miraj adalah pemberian Allah SWT. Allah SWT lah yang memperjalankan Rasulullah SAW Bukan atas kehendak dan permintaan Rasulullah SAW
Dalam ayat ini kata “أسرى” menunjukkan makna perjalanan di malam hari. Kenapa orang dulu seringkali melakukan perjalanan di malam hari karena lebih cepat dan tidak panas.
Lalu dalam ayat tersebut juga disebutkan keterangan “ليلا” yang juga bermakna di malam hari. Tambahan ini, menurut para ulama, menunjukkan bahwa peristiwa Isra Miraj itu terjadi tidak sepanjang malam, tapi dalam sepotong malam saja. Sangat cepat prosesnya.
Menjadi Hamba Allah
Kata “بِعَبْدِهِ” artinya adalah hamba Allah SWT. Ayat ini tidak menyebutkan Kekasih Allah, Nabi Allah, Rasul Allah, Pilihan Allah, Muhammad, dan sebagainya. Tapi kata yang Allah SWT pilih adalah Hamba Allah.
Peristiwa Isra Miraj ini menunjukkan bahwa maqam (derajat, tingkatan) paling tinggi makhluk Allah SWT adalah maqam ubudiyyah. Bagaimana seorang makhluk menjadi hamba Allah SWT. Bukan menjadi wali, orang pintar, dan sebagainya. Allah SWT berfirman:
أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ. الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ
“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.” [Yunus: 62-63].
Malam Isra Miraj ini juga menunjukkan bahwa maqam yang tinggi bukanlah sebuah monopoli, hanya orang-orang tertentu yang bisa mendapatkannya. Tapi semua orang kalau mau bersungguh-sungguh dalam mengusahakannya pastiakan bisa mendapatkannya. Bukan karena faktor keturunan, harta, dan sebagainya.
Ibadah yang Sebenarnya
Lalu bagaimana menjadi hamba yang sebenarnya? Tentu dengan beribadah kepada Allah SWT. Sebuah pengakuan bahwa kita adalah hamba, dan Allah SWT adalah pencipta yang harus kita sembah. Kita tunduk kepada syariah-Nya.
Hakikat ibadah adalah ketundukan, karena bahasa Arabnya “طريق معبد” yang berarti jalan setapak. Tanah berumput menjadi jalan setapak karena rumputnya sudah tertunduk lantaran banyak diinjak-injak.
Oleh karena seorang hamba harus merasa dirinya hina dan berada di bawah kekuasaan Allah SWT Sehingga dia akan melaksanakan semua perintah Allah SWT, meninggalkan semua yang dilarang Allah SWT, tidak merasa sombong, menerima semua ketetapan Allah SWT dengan perasaan ridha, tanpa keluh kesah, dan sebagainya.
Ibadah bukan ruhaniah. Karena ruhaniyah ada pada selain Islam juga. Karena ibadah ada tata aturannya yang harus ditaati. Tidak seenaknya saja. Peristiwa Isra Miraj yang Rasulullah SAW jalani membuka kesadaran kita bahwa ada kesempatan sangat luas untuk mendapatkan kemuliaan di Sisi Allah SWT.
Hikmah Isra dan Miraj, Mulianya Ibadah Shalat
Dalam peristiwa Isra Miraj, Allah SWT memerintahkan shalat lima waktu. Hal ini menunjukkan bahwa shalat adalah ibadah yang sangat mulia, karena Allah SWT memerintahkannya di langit. Padahal seluruh ibadah dan kewajiban Allah SWT perintahkan di bumi dengan cara mengutus malaikat Jibril as.
Karena Allah SWT dan Rasulullah SAW memuliakan shalat, kita pun harus memuliakannya juga. Caranya bagaimana melaksanakan shalat dengan sesempurna mungkin. Melaksanakannya sesuai yang perintah Allah SWT dan contoh Rasulullah SAW “Shalatlah kalian seperti kalian melihatku melaksanakannya.”
Karena itu, sebenarnya tidak semua orang telah melaksanakan dengan sempurna. Ada beberapa derajat orang yang melaksanakan shalat:
- Mu’aqabun (disiksa)
- Muhasabun (diinterogasi, dihitung, dsb)
- Ma’fuw ‘Anhum (diampuni)
- Muqarrabun (diberi kedudukan dekat dengan Allah SWT)
Shalat harus diposisikan sebagai ibadah, bukan ritual atau ruhani saja.
- Ada ketundukkan. Ini harus tergambarkan dalam perasaan hati dan gerakan-gerakan shalat.
- Shalat bermakna doa. Dalam shalat harus banyak doa. Karena doa adalah puncak ketundukan. Yang rendah meminta kepada yang tinggi.
Hiburan yang Memperkuat Perjuangan
Peristiwa Isra Miraj adalah hiburan yang Allah SWT berikan kepada Rasulullah SAW. Beliau baru saja mengalami kesedihan karena wafatnya Ibunda Khadijah ra. dan Abu Thalib. Beliau merasa sangat bersedih karena dua kejadian besar itu. Kita pun boleh bersedih ketika kehilangan orang yang kita kasihi, asalkan kesedihan kita selalu dalam ridha Allah Taala.
Lebih sedih lagi, beliau kehilangan orang-orang yang selama ini melindungi beliau dan mendukung dakwah Islam. Walaupun tetap bergantung kepada kekuasaan Allah SWT, Rasulullah SAW selalu melakukan usaha-usaha dalam kemampuan manusia. Misalnya adalah bagaimana mendapatkan dukungan dan jaminan keamanan dari para tokoh Quraisy saat itu.
Maka ada hiburan untuk beliau berupa perjalanan Isra dan Miraj. Selain itu, juga berfungsi menunjukkan keagungan Allah SWT. Betapa alam semesta ciptaan Allah SWT demikian besarnya. Beliau bahkan berjalan menuju beberapa tingkatan langit dan bertemu dengan beberapa orang nabi.
Perjalanan Isra dan Miraj juga bisa menunjukkan bahwa musuh-musuh dakwah di Mekkah adalah sangat kecil, tidak ada apa-apanya. Ibarat menggunakan zoom out, saat Isra dan Miraj Rasulullah SAW melihat kota Mekah demikian kecilnya, lalu Jazirah Arab juga mengecil, benua Asia terlihat dengan utuhnya, hingga akhirnya bumi pun hanya sebuah bulatan yang bisa beliau lihat seluruh sisinya.
Ketika semua itu menjadi kecil di hadapan alam ciptaan Allah SWT., apalagi dengan sosok-sosok jahat seperti Abu Jahal, Abu Lahab, dan sebagainya? Semua usaha manusia dalam menentang dakwah beliau menjadi tidak ada artinya sama sekali di hadapan kekuasaan Allah SWT yang sedang mulai beliau lihat secara perlahan.
Karena itulah, walaupun mengetahui dengan pasti bahwa pengakuan bahwa beliau baru saja mengalami perjalan Isra Miraj pasti akan mendapat penolakan dan ejekan dari musyrikin Mekah, beliau tetap menyampaikannya dengan penuh keberanian. Sebuah keberanian yang berasal dari keyakinan dengan besarnya kuasa Allah SWT.
Orang Masuk Islam Bukan Karena Mukjizat
Setelah kejadian Isra Miraj, orang-orang musyrik tidak berubah, bahkan semakin meragukan. Padahal peristiwa malam Isra Miraj itu sangat luar biasa, dan bukti kebenarannya sudah tidak bisa mereka bantah. Seharusnya hal itu menambah banyak bukti kenabian Muhammad SAW bagi mereka.
Kalau kita perhatikan, ternyata para sahabat masuk Islam karena melihat kejujuran dan akhlak mulia Rasulullah SAW bukan karena melihat mukjizat-mukjizat hissiyah beliau. Hal-hal luar biasa bahkan lebih sering bermanfaat untuk menyadarkan orang-orang Arab pedalaman yang kurang mempunyai wawasan keilmuan. Seperti Arab Badui yang meminta Rasulullah SAW membuat biawak berbicara sebagai syarat keislamannya.
Hidayah ada di tangan Allah SWT. Sekuat apapun orang mempelajari Islam, tanpa hidayah-Nya dia tidak akan mendapat hidayah untuk memeluk Islam. Orang-orang yang semakin menolak untuk beriman kepada Rasulullah saw. adalah orang-orang yang Allah Taala kehendaki belum mendapatkan hidayah. Padahal Rasulullah SAW sudah berusaha sangat keras untuk menyadarkan mereka.
Giliran Umat Islam Memimpin Dunia
Peristiwa Isra Miraj menjadi titik perpindahan kepemimpinan umat manusia. Dari bangsa Bani Israil yang sudah sekian lama memegang kendalinya. Para nabi berasal dari kalangan mereka. Mereka Allah SWT jadikan sebagai bangsa terbaik.
Tapi sudah saatnya ada umat Islam yang akan menggantikan posisi mereka. Hal itu karena mereka sudah tidak bisa mempertahankan predikat sebagai umat terbaik. Mereka meninggalkan faktor-faktor yang sebelumnya menjadikan mereka menjadi umat terbaik.
Proses suksesi itu mengambil simbolisasi dengan ibadah shalat berjamaah yang Rasulullah SAW laksanakan bersama para nabi. Ternyata kali ini yang menjadi imam shalat berjamaah itu adalah Rasulullah SAW. Bukan Nabi Ibrahim AS atau lainnya.
Dengan adanya peralihan kepemimpinan ini hendaknya Umat Islam merasa percaya diri menjadi umat terbaik, umat pilihan Allah SAW. Lalu hendaknya merasakan adanya beban tanggung jawab yang besar untuk membimbing umat manusia, dan juga untuk mempertahankan predikat sebagai umat terbaik.
Manusia Bisa Lebih Mulia dari Malaikat
Dalam peristiwa Miraj, Malaikat Jibril as. tidak bisa masuk ke Sidratul Muntaha, sedang Rasulullah SAW masuk ke dalamnya. Hal ini menunjukkan bahwa Rasulullah SAW saat itu lebih diutamakan daripada malaikat Jibril as.
Memang secara umum para malaikat adalah lebih mulia daripada manusia. Banyak ayat dan hadits menyatakan hal tersebut dengan mengatakan bahwa malaikat adalah hamba-hamba yang mulia di Sisi Allah SWT.
Namun sebagaimana manusia, para malaikat juga memiliki tingkatan-tingkatan kemuliaan. Malaikat yang paling mulia adalah malaikat Jibril dan para malaikat yang disebutkan nama dan tugasnya oleh Allah SWT. Lalu ada para malaikat yang datang membantu para sahabat dalam Perang Badar. Sebagaimana pasukan Badar dari kalangan para sahabat adalah manusia istimewa, pasukan Badar dari kalangan para malaikat juga adalah para malaikat istimewa.
Silakan baca juga:
- Beragama jangan formalitas
- Umat Islam jangan kehilangan peran sejarah
- Menyelesaikan konflik internal menurut Al-Qur’an-1
- Menyelesaikan konflik internal menurut Al-Qur’an-2
Manusia selain Rasulullah SAW juga bisa lebih baik dari malaikat. Hal itu misalnya terjadi di bulan Ramadhan. Manusia bisa seperti para malaikat. Padahal manusia mempunyai syahwat makan, minum, lawan jenis, tidur; sedangkan para malaikat tidak memilikinya. Di bulan Ramadhan, manusia bisa tidak makan dan minum, tidak berhubungan suami isteri, mengisi setiap waktunya untuk ibadah, bahkan kadang tidak tidur.
Peristiwa malam Isra Miraj telah menyadarkan kita tentang bagaimana derajat dan kemuliaan sebagai hamba Allah SWT bisa kita raih dengan bermujahadah, bersungguh-sungguh untuk beribadah dan taat kepada Allah SWT. Ketika kita mulia di hadapan Allah SWT, maka kita pun menjadi manusia istimewa yang layak memimpin dunia. (sof1/mukjizat.co)
Mutiara tadabur para ulama tafsir: Al-Fatihah I Al-Baqarah I Ali Imran I An-Nisa I Al-Maidah
Ikuti kami juga di Media Sosial
Tulis komentar terbaik Anda di sini