mukjizat.co – Ikhlas dalam beramal adalah hal yang sangat penting. Karena dengan keikhlasan, amal perbuatan kita akan diterima Allah Taala. Tapi bukankah hal itu terdapat dalam ibadah? Lalu kenapa istri hendaknya menjaga keikhlasan niat?
Rasulullah saw. menjanjikan orang yang ikhlas dengan pahala yang besar.
وإنما لكل امرئ ما نوى
“Masing-masing akan mendapatkan pahala sesuai dengan yang diniatkannya.” [Bukhari]
Sangat mungkin amalan kita sama, tapi pahala berbeda. Semua itu karena perbedaan kualitas niat kita masing-masing.
Kenapa seorang istri harus ikhlas dalam menjalani perannya di rumah tangga? Hidup berumah tangga adalah ibadah. Rasulullah saw. bersabda:
النكاح سنتي
“Pernikahan adalah sunnahku.” [Ibnu Majah].
Walaupun ada amalan yang memerlukan niat dan ada juga amalan yang sah tanpa niat, tapi besar-kecilnya pahala amalan itu sangat ditentukan niat.
Pernikahan adalah amalan dan ibadah yang sangat panjang durasinya. Sangat meletihkan. Berbeda dengan ibadah lain seperti shalat dan puasa. Sangat merugi kalau seseorang melaksanakan ibadah seperti ini tapi mengabaikan niat ikhlasnya. Apalagi istri, kebanyakan mereka lebih menghabiskan waktu dan umurnya di dalam rumah.
Mungkin mereka merasa memiliki kesempatan beramal tidak seluas suami dan anak-anaknya. Memang benar demikian? Islam tidak demikian, membeda-bedakan kesempatan manusia dalam mendapatkan kemuliaan di sisi Allah Taala. Semua mendapatkan kesempatan yang sama.
Demikian juga seorang istri, mendapatkan kesempatan yang sama. Bahkan dengan kecerdasannya, dia bisa mendapatkan pahala yang lebih. Suami melaksanakan shalat berjamaah di masjid. Tapi dibangunkan oleh istrinya, pakaian seluruhnya istri yang menyiapkannya. Istri pun mendapatkan pahala shalatnya dan pahala membantu suami bisa melaksanakanan shalatnya dengan baik.
Suami dan anak puasa. Tapi yang menyiapkan sahur dan berbuka puasanya adalah istri. Istri walaupun dalam kondisi berhalangan sehingga tidak berpuasa, mendapatkan pahala puasa seperti anggota keluarganya.
Jadi seorang istri harus memasang niat sebelum melaksanakan aktivitas sehari-hari di rumahnya. Mencari-cari tujuan akhirat yang cocok untuk apa sebuah aktivitas dilakukannya. Untuk apa dia menyiapkan bekal makanan anaknya ke sekolah? Untuk apa menyiapkan baju kerja suaminya?
Hal ini dicontohkan oleh seorang istri sekaligus ibu di dalam Al-Quran.
إِذْ قَالَتِ امْرَأَتُ عِمْرَانَ رَبِّ إِنِّي نَذَرْتُ لَكَ مَا فِي بَطْنِي مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلْ مِنِّي إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
“(Ingatlah), ketika istri Imran berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitulmakdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” [Ali Imran: 35].
Silahkan baca juga:
- Suamiku Surgaku
- Benarkah Syahwat Istri Lebih Besar dari Syahwat Suami?
- Sikap Rasulullah Kepada Wanita Sungguh Sangat Berkelas
- Wanita-Wanita Teladan dalam Kesucian Harta
- Shafuria, Wanita Cerdas Menjaga Kesucian
- Kenapa Maryam Satu-satunya Nama Wanita dalam Al-Quran?
Merencanakan kehamilan pun memasang niat, untuk apa dia hamil? Untuk menjadi apa anak yang akan dikandungnya? Ternyata niat sangat penting. Allah pun menjadikan putri yang dikandungnya sebagai salah satu tanda kekuasaan Allah, dialah Maryam. Kemudian juga cucunya, Nabi Isa as. Karena itu Istri hendaknya menjaga keikhlasan niat. (sof1/mukjizat.co)
Mutiara tadabur para ulama tafsir: Al-Fatihah I Al-Baqarah I Ali Imran
Ikuti kami juga di Media Sosial
Tulis komentar terbaik Anda di sini