Suamiku Surgaku

mukjizat.co – Suamiku surgaku. Islam sangat mengistimewakan posisi istri dan ibu. Sangat kontras dengan perlakukan wanita yang lumrah di masyarakat saat datangnya Islam. Termasuk kemuliaan yang didapatkan kaum wanita di akhirat. Bagaimana mereka masuk surga?

Surga mempunyai banyak sekali nominasi amalan untuk masuk ke dalamnya. Kenyataan ini membantah orang yang enggan beramal hanya karena alasan tidak mampu. Ternyata surga disediakan untuk semua orang dengan kemampuan berbeda-beda yang dimilikinya. Rasulullah saw. bersabda:

فمن كان من أهل الصلاة دعي من باب الصلاة ومن كان من أهل الجهاد دعي من باب الجهاد ومن كان من أهل الصدقة دعي من باب الصدقة ومن كان من أهل الصيام دعي من باب الصيام وباب الريان فقال أبو بكر ما على هذا الذي يدعى من تلك الأبواب من ضرورة وقال هل يدعى منها كلها أحد يا رسول الله قال نعم وأرجو أن تكون منهم يا أبا بكر

“Orang yang ahli shalat dipanggil dari pintu shalat. Orang yang ahli jihad dipanggil dari pintu jihad. Orang yang ahli sedekah dipanggil dari pintu sedekah. Orang yang ahli puasa dipanggil dari pintu puasa dan pintu Ar-Rayyan.”

Abu Bakar ra. bertanya, “Tidak mengapa kita dipanggil dari pintu mana saja. Tapi apakah ada orang yang dipanggil dari seluruh pintu tersebut?” Rasulullah saw. menjawab, “Ada. Dan aku berharap engkau termasuk orangnya.” [Bukhari].

Lalu bagaimana dengan kaum wanita yang mungkin merasakan kondisi yang tidak sama dengan kondisi kaum laki-laki? Rasulullah saw. bersabda:

إذا صلت المرأة خمسها، وصامت شهرها وحفظت فرجها وأطاعت زوجها قيل لها ادخلي الجنة من أي أبواب الجنة شئت

“Seorang wanita kalau melaksanakan shalat 5 waktu, puasa bulan Ramadhan, menjaga kehormatannya, dan menaati suaminya, maka akan dikatakan kepadanya, ‘Masuklah surga melalui pintu mana pun yang kau inginkan?’” [Ahmad dan Thabrani].

Kaum wanita memang berkewajiban menaati suami-suami mereka. Tapi menaati suami tidak boleh menjadi alasan untuk tidak melaksanakan kewajiban shalat, puasa dan sebagainya. Karena menaati suami menjadi sebuah kewajiban jika tidak dalam hal yang maksiat.

Hadits di atas menyebutkan bahwa menaati suami adalah amalan yang sangat tinggi bagi seorang wanita. Kemuliaan di akhirat yang didapatkan wanita yang taat dimiripkan dengan kemuliaan yang didapatkan oleh Abu Bakar ra. Walaupun tentulah tidak sama, karena iman Abu Bakar ra. lebih berat timbangannya daripada iman seluruh umat Islam.

Tapi setidaknya janji Rasulullah saw. ini menjadi motivasi bagi para istri untuk berjuang bagaimana menaati suaminya. Suamiku surgaku.

Kalau Tidak Taat, Cemburulah

Seorang istri hendaknya berkeyakinan bahwa ada wanita lain yang siap taat kepada suaminya, jika memang dia sendiri tidak taat.

Kalau tidak di dunia, sudah banyak bidadari surga yang sedang menanti. Dalam sebuah hadits hasan, diriwayatkan oleh Imam Tirmizi, Rasulullah saw. bersabda:

لا تؤذى امرأه زوجها فى الدنيا إلا قالت زوجه من الحور العين لا تؤذيه ، قاتلك الله فإنما هو عندك دخيل يوشك أن يفارقك إلينا

“Setiap kali seorang istri menyakiti suaminya di dunia, maka pasti saat itu bidadarinya di surga akan berkata, “Jangan kau sakiti dia. Semoga Allah memerangimu. Saat ini suamimu hanya sementara bersamamu. Sebentar lagi dia akan meninggalkanmu, dan berkumpul bersama kami di surga.” [Tirmizi].

Silahkan baca juga:

• Benarkah Syahwat Istri Lebih Besar dari Syahwat Suami?
• Sikap Rasulullah Kepada Wanita Sungguh Sangat Berkelas
• Wanita-Wanita Teladan dalam Kesucian Harta
• Shafuria, Wanita Cerdas Menjaga Kesucian
• Kenapa Maryam Satu-satunya Nama Wanita dalam Al-Quran?

Marilah, para istri…

Cemburu kepada para bidadari. Mereka sedang tidak sabar menghibur suamimu yang kau sakiti.

Yakinilah bahwa rasa sedih suamimu karena perkataan dan sikapmu hanya sementara saja. Sebentar lagi dia pun akan bahagia bersama para bidadari.

Mereka jauh lebih jelita darimu. Selalu suci tidak sepertimu. Suci fisiknya, suci perkataannya, suci perasaannya.

Tapi engkau pun berkesempatan memimpin mereka di surga, karena wanita dunia yang shalihah jauh lebih baik daripada bidadari surga. Katakan, suamiku surgaku. (sof1/mukjizat.co)

Mutiara tadabur para ulama tafsir: Al-Fatihah I Al-Baqarah I Ali Imran

Ikuti kami juga di Media Sosial