mukjizat.co – Jika ada seorang suami tidak masuk surga, penyesalan yang sangat menyedihkan tidak akan ada habisnya. Hidupnya di dunia berbahagia bersama anak-istrinya, tapi harus terpisah di Akhirat. Maka dia adalah orang yang sangat merugi. Bahkan Al-Quran menyebutnya sebagai kerugian yang nyata. Itulah jika suami tidak masuk surga.
Dialah orang yang paling merugi:
قل إِنَّ الْخَاسِرِينَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ وَأَهْلِيهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَلَا ذَلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ
“Katakanlah: “Sesungguhnya orang-orang yang rugi ialah orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri dan keluarganya pada hari kiamat”. Ingatlah yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.” [Az-Zumar: 15].
Orang yang merugi adalah orang yang kehilangan dirinya. Dirinya seharusnya hidup bahagia di akhirat, tapi ternyata tidak mendapatkannya. Atau kehilangan keluarganya, terpisah dari mereka. Itulah kondisi yang sangat merugi.
Kenapa harus merasa rugi? Karena suami-istri sebenarnya bisa bersama-sama masuk surga.
ادْخُلُوا الْجَنَّةَ أَنْتُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ تُحْبَرُونَ
“Masuklah kamu ke dalam surga, kamu dan istri-istri kamu digembirakan.” [Az-Zukhruf: 70].
Istri di sini bukan bidadari, karena bidadari tidak perlu masuk, mereka sudah berada di dalam surga. Ayat ini menyebutkan bahwa istri di surga itu benar-benar istri kita di dunia.
Untuk lebih membayangkan bagaimana merasa ruginya seseorang suami saat itu, Al-Quran memberikan sebuah gambaran bagaimana kebahagiaan di surga bersama istri
إِنَّ أَصْحَابَ الْجَنَّةِ الْيَوْمَ فِي شُغُلٍ فَاكِهُونَ. هُمْ وَأَزْوَاجُهُمْ فِي ظِلَالٍ عَلَى الْأَرَائِكِ مُتَّكِئُونَ. لَهُمْ فِيهَا فَاكِهَةٌ وَلَهُمْ مَا يَدَّعُونَ. سَلَامٌ قَوْلًا مِنْ رَبٍّ رَحِيمٍ
“Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan (mereka). Mereka dan istri-istri mereka berada dalam tempat yang teduh, bertelekan di atas dipan-dipan. Di surga itu mereka memperoleh buah-buahan dan memperoleh apa yang mereka minta. (Kepada mereka dikatakan): “Salam”, sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang.” [Yasin: 55-58].
Syaratnya adalah beriman dan mendidik keluarganya agar juga beriman:
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شَيْءٍ كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ
“Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikit pun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.” [Ath-Thur: 21].
Ternyata kebahagiaan berkeluarga di dunia bisa kekal hingga akhirat. Bahkan lebih sempurna. Ada istilah “mangan ora mangan kumpul” dan “kumpul ora kumpul mangan”. Sama-sama ada enak dan tidak enaknya. Tapi kalau di surga, benar-benar enak, tidak ada tidak enaknya. “kumpul-kumpul mangan-mangan”.
Syaratnya memastikan diri beriman kepada Allah, tiket surga kita, dan membimbing anak-istri untuk juga beriman. Membiarkan anak dan istri dalam keburukan, dengan alasan apapun (seperti kasih sayang, tidak enak, dan sebagainya), itu sebenarnya sedang merencanakan perpisahan di akhirat. Jangan sampai suami tidak masuk surga. Itulah jika suami tidak masuk surga. (sof1/www.mukjizat.co)
Mutiara tadabur para ulama tafsir: Al-Fatihah I Al-Baqarah I Ali Imran
Ikuti juga di MEDSOS kami
Tulis komentar terbaik Anda di sini