mukjizat.co – Ada dua sikap orang kepada bangsa Arab; memuji dan membenci. Mencintai dan membenci Arab. Kedua sikap itu didasarkan pada ayat Al-Quran. Allah Taala berfirman:
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf (Arab) seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As Sunah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” [Al-Jumuah: 2].
الْأَعْرَابُ أَشَدُّ كُفْرًا وَنِفَاقًا وَأَجْدَرُ أَلَّا يَعْلَمُوا حُدُودَ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ عَلَى رَسُولِهِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ
“Orang-orang Arab Badui itu, lebih sangat kekafiran dan kemunafikannya, dan lebih wajar tidak mengetahui hukum-hukum yang diturunkan Allah kepada Rasul-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” [At-Taubah: 97].
Al-Quran adalah kitab yang paling tinggi nilai bahasanya. Tidak mungkin berisi sesuatu yang bertentangan. Mencintai dan membenci Arab.
Surat Al-Jumuah ayat 2 memuji orang Arab. Dalam ayat tersebut mereka dibahasakan dengan “kaum yang buta huruf”. Mereka terpuji karena berhasil dibina Rasulullah saw. walaupun awalnya adalah buta huruf.
Sementara Surat At-Taubah ayat 97 mencela orang Arab. Disebutkan dalam ayat tersebut dengan bahasa “orang-orang Arab Badui”.
Setiap A’rab (Arab Badui) adalah Arab, namun tidak setiap Arab adalah A’rab.
Siapakah orang Arab itu?
- Mereka bertempat tinggal di kota dan perkampungan secara menetap.
- Mereka mempunyai tetangga, hukum, keakraban dengan tempat dan tetangga, saling tolong-menolong.
- Hubungan sesama penduduk membuat adanya kelembutan dalam pergaulan
Lalu siapakah orang A’rab itu?
- Mereka yang tinggal berpindah-pindah.
- Tidak memiliki tempat tinggal tetap, sehingga tidak memiliki keterikatan dengan tempat dan orang banyak.
- Masing-masing memegang pendapatnya atau pendapat ketua kabilahnya.
- Perangai mereka keras dan kasar akibat tekanan alam dan tidak ada kebersamaan dengan banyak orang.
Lalu perlu diketahui, Rasulullah saw. diutus dari kalangan Arab, bukan A’rab. Sekali lagi, Surat Al-Jumu’ah ayat 2 berbicara tentang Arab. Sedangkan Surat At-Taubah ayat 97 berbicara tentang A’rab seperti tertera secara harfiah. Mencintai dan membenci Arab.
Allah Taala berfirman tentang bangsa Arab:
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf (Arab) seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As Sunah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” [Al-Jumuah: 2]
Ayat ini berbicara tentang bangsa Arab sebagai asal dari nabi terakhir Muhammad saw. karena itu dikatakan sebagai ayat yang memuji bangsa Arab.
Bangsa Arab dipilih menjadi umat nabi paling kuat pasti di antara sebabnya adalah karena kerusakan bangsa ini yang sudah sangat parah. Kerusakan inilah yang akan disucikan oleh Rasulullah saw.
- Menyucikan akal dari khurafat syirik; menyucikan hati dari kekasaran jahiliyah; menyucikan keinginan dari syahawat binatang; dan menyucikan perangai dari keburukan jahiliyah.
- Menumbuhkan akal dengan pengetahuan; menumbuhkan hati dengan iman; menumbuhkan keinginan dengan hasrat beramal shalih; dan menumbuhkan perangai dengan konsisten dengan keadilan, kebaikan, dan akhlak mulia.
- Mengajarkan Al-Kitab dan Al-Hikmah sehingga menjadi Ahlul Kitab setelah sebelumnya mereka adalah Ummiyyin.
Karena berhasil dibina itulah mereka benar-benar menjadi bangsa yang terbaik. Mereka terpuji.
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” [Ali Imran: 110].
Jadi ayat ini tidak sedang membicarakan tentang kebaikan bangsa Arab dan jasa mereka kepada Rasulullah saw. Ayat ini malah sedang menyebutkan ‘hutang jasa’ bangsa Arab kepada Rasulullah saw. dan Islam yang telah menyelamatkan mereka. Mencintai dan membenci Arab.
- Mereka sebelumnya Ummiyyin, lalu menjadi Ahlul Kitab
- Mereka sebelumnya sesat (على ضلال مبين), lalu menjadi khaira ummatin.
- Itu adalah bangsa Arab sebelum kedatangan Islam. Adapun bangsa Arab setelah kedatangan Islam, mereka akan pejuang dan pembawa Islam ke seluruh dunia.
Setelah itu, Allah Taala berfirman tentang A’rab:
الْأَعْرَابُ أَشَدُّ كُفْرًا وَنِفَاقًا وَأَجْدَرُ أَلَّا يَعْلَمُوا حُدُودَ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ عَلَى رَسُولِهِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ
“Orang-orang Arab Badui itu, lebih sangat kekafiran dan kemunafikannya, dan lebih wajar tidak mengetahui hukum-hukum yang diturunkan Allah kepada Rasul-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” [At-Taubah: 97].
Ayat ini mencela bangsa A’rab hanya:
- Saat mereka tidak beriman kepada Allah Taala.
- Kepada sebagian dari mereka, tidak keseluruhan. Karena masih ada sebagian mereka yang mempunyai sifat baik untuk menerima dakwah Rasulullah saw.
Dalam ayat lain, disebutkan bagaimana A’rab yang beriman:
وَمِنَ الْأَعْرَابِ مَنْ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَيَتَّخِذُ مَا يُنْفِقُ قُرُبَاتٍ عِنْدَ اللَّهِ وَصَلَوَاتِ الرَّسُولِ أَلَا إِنَّهَا قُرْبَةٌ لَهُمْ سَيُدْخِلُهُمُ اللَّهُ فِي رَحْمَتِهِ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Dan di antara orang-orang Arab Badui itu, ada orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan memandang apa yang dinafkahkannya (di jalan Allah) itu, sebagai jalan mendekatkannya kepada Allah dan sebagai jalan untuk memperoleh doa Rasul. Ketahuilah, sesungguhnya nafkah itu adalah suatu jalan bagi mereka untuk mendekatkan diri (kepada Allah). Kelak Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat (surga) Nya; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [At-Taubah: 99].
Keras dan kasar kadang melahirkan sifat baik, yaitu berani, terus-terang, dermawan, tidak menyerah kepada kejahatan, dan sebagainya.
Sebab utama mereka keras dan kasar adalah karena:
- Jauh dari pemimpin dan pendidik sehingga mereka berlaku sesuka mereka.
- Jauh dari Rasulullah saw. dan Al-Quran. Sehingga lisan mereka menyebutkan kekafiran dengan bebasnya.
Keadaan ini tentu berubah saat mereka masuk Islam:
- Mempunyai pemimpin.
- Sering berjamaah yang menyatukan hati sesama Muslim dalam shalat, puasa, zakat, haji, adab keseharian, dan sebagainya.
- Sifat dan kebiasaan buruk mereka pun hilang sempurna. Menjadi seorang Muslim yang lembut, berakhlak yang diridhai Allah Taala, menaati aturan-Nya, berperasaan lembut kepada sesama, menangis karena takut kepada Allah Taala.
Oleh karena itu, orang A’rab yang dicela Al-Quran adalah orang A’rab yang belum beriman, dan tidak pernah tersentuh ajarannya. Seperti itulah mencintai dan membenci Arab.
Setelah Islam, Islam mengajarkan persamaan sesama Muslim:
Yang membedakan mereka adalah ketakwaan dalam hati:
يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” [Al-Hujurat: 13].
يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَلَا إِنَّ رَبَّكُمْ وَاحِدٌ وَإِنَّ أَبَاكُمْ وَاحِدٌ أَلَا لَا فَضْلَ لِعَرَبِيٍّ عَلَى أَعْجَمِيٍّ وَلَا لِعَجَمِيٍّ عَلَى عَرَبِيٍّ وَلَا لِأَحْمَرَ عَلَى أَسْوَدَ وَلَا أَسْوَدَ عَلَى أَحْمَرَ إِلَّا بِالتَّقْوَى
“Wahai sekalian manusia, bukankah Tuhan kalian satu? Bukankah kakek kalian satu? Maka tidak ada keutamaan orang Arab atas non-Arab, tidak ada keutamaan non-Arab atas Arab, tidak ada keutamaan orang berkulit putih atas orang berkulit hitam, tidak ada keutamaan orang berkulit hitam atas orang berkulit putih. Yang mengutamakan hanyalah ketakwaan.” [HR. Ahmad].
Orang Arab lalu diutamakan karena mereka yang pertama kali menolong Rasulullah saw.
وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan Ansar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” Demikian bagaimana mencintai dan membenci Arab. [At-Taubah: 100]. (sof1/www.mukjizat.co)
Baca juga:
Tulis komentar terbaik Anda di sini