mukjizat.co – Islam KTP. Islam formalitas. Memeluk agama adalah hanya bentuk lahirnya saja. Sementara esensi agama tersebut tidak diacuhkan. Sehingga tidak tercapai tujuan beragama.
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالنَّصَارَى وَالصَّابِئِينَ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
“Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” [Al-Baqarah: 62].
Manusia makhluk yang unik
Para nabi selalu membimbing umatnya untuk taat kepada Allah Taala. Hidup sesuai hidayah. Tapi selalu ada yang melenceng dan tidak mengikuti ajaran seutuhnya. Karena manusia memiliki akal dan syahwat. Tidak seperti malaikat (akal saja); atau binatang (syahwat saja).
Manusia tercipta dari ruh dan tanah. Ada keinginan untuk mendapatkan kemuliaan yang tinggi. Tapi ada juga dorongan untuk mengikuti syahwat rendah. Sehingga ketika berbuat maksiat ada kegelisahan. Seperti kehilangan sesuatu. Sementara ketika berada dalam ketaatan, akan ada godaan untuk melenceng.
Allah Taala berfirman:
وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الْأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ
“Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat) nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah.” [Al-A’raf: 176].
Kebahagiaannya didapat saat bisa menggabungkan keduanya. Syahwat untuk bertahan hidup, ruh untuk meraih kemuliaan di sisi Allah Taala.
Karena itu, manusia diberi pelajaran dengan kisah Adam as. dan Iblis
إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ
“Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh (mu), karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” [Fathir: 6].
Berkurang setelah sempurna
Di awal, Islam diterapkan dengan sangat sempurna. Demikian juga agama-agama samawi lainnya. Ketika masih bersama nabi, atau di awal kepergian nabi, para pengikut masih melaksanakan ajaran agama dengan benar dan sempurna.
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu.” [Al-Maidah: 3].
Tapi dalam perkembangannya, Islam hanya tinggal kulitnya. Hilang sedikit demi sedikit. Sehingga wajar jika selalu akan ada pembaharu.
إِنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ لِهَذِهِ الْأُمَّةِ عَلَى رَأْسِ كُلِّ مِائَةِ سَنَةٍ مَنْ يُجَدِّدُ لَهَا دِينَهَا
“Sesungguhnya Allah Taala akan mengutus untuk umta ini setiap satu abad orang yang akan memperbarui agamanya.” [Abu Daud].
Dalam rentang sejarahnya, ada saja sebagian umat Islam yang memahami Islam hanya hanya sebagai lagu, tarian, upacara tradisi, upacara kematian, dan sebagainya. Sehingga ada istilah lagu islami, tarian islami, upacara tradisi islami, pemakaman sesuai Islam, dan sebagainya.
Islam tidak dipahami secara utuh. Jika tidak diamalkan secara utuh, maka Islam pun tidak akan memberikan buahnya. Buah yang dulu dirasakan oleh generasi-generasi keemasan Islam.
Akan ada saja bentuk beragama formalitas
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالنَّصَارَى وَالصَّابِئِينَ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
“Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” [Al-Baqarah: 62].
Walaupun ada tarik-menarik antara ruh dan syhawat, walaupun ada kurang-lebih dalam beragama, tapi agama akan tetap ada. Karena fitrah manusia adalah beragama. Akan tetap ada pemelencengan dan pembaharuan, demikian seterusnya.
Orang Mukmin, ada. Tapi hakikat mereka sangat jauh dari apa yang didakwahkan oleh Rasulullah saw. Islam KTP.
Orang Yahudi awalnya adalah pengikut Nabi Musa as. Dinamakan Yahudi karena mereka mengikuti Yahuda salah satu putra Nabi Ya’kub as., atau karena orang-orang yang bertaubat.
إِنَّا هُدْنَا إِلَيْكَ
“Sesungguhnya kami kembali (bertobat) kepada Engkau.” [Al-A’raf: 156].
Tapi Yahudi sekarang sangat jauh dari arti dan sebab penamaan mereka.
Orang Nasrani adalah pengikut Nabi Isa as. Dinamakan Nasrani karena menolong Allah Taala dan Rasul-Nya.
قَالَ مَنْ أَنْصَارِي إِلَى اللَّهِ قَالَ الْحَوَارِيُّونَ نَحْنُ أَنْصَارُ اللَّهِ آمَنَّا بِاللَّهِ وَاشْهَدْ بِأَنَّا مُسْلِمُونَ
“Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?” Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: “Kami lah penolong-penolong (agama) Allah. Kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri.” [Ali Imran: 53]
Atau karena bermula di tempat bernama Nazaret. Karakteristik mereka adalah berhati lembut.
وَجَعَلْنَا فِي قُلُوبِ الَّذِينَ اتَّبَعُوهُ رَأْفَةً وَرَحْمَةً
“dan Kami jadikan dalam hati orang-orang yang mengikutinya rasa santun dan kasih sayang.” [Al-Hadid: 27].
Tapi bagaimana mereka sekarang?
Adapun orang Shabiun. Mereka menolak ayat yang menurut mereka bertentangan dengan akal. Pindah dari satu agama ke agama lain. Sehingga bisa dikatakan tidak beragama.
Sebenarnya akal tidak bisa apa-apa tanpa wahyu. Orang buta dan orang yang berpenglihatan kuat sama-sama tidak bisa melihat jika berada di tempat yang gelap.
Akal bisa membawa kepada kemajuan teknologi. Tapi tidak bisa menjaga moral (akhlak) masyarakat. Akhlak berasal dari agama sehingga bisa dikatakan bahwa akal butuh agama.
Sekarang akallah yang sedang membuat senjata kimia, senjata biologi, dan sebagainya. Pembunuhan massal yang tidak akhlaki sama sekali.
Berbeda tapi sama saja
Ayat ini menyebutkan orang-orang yang beragama Islam sekadar formalitas. Beragama Yahudi sekadar formalitas, beragama Nasrani sekadar formalitas, dan seterusnya. Islam KTP.
Mereka itu seperti sejumlah toko yang bervariasi banner nama yang terpampang di depannya, tapi sama-sama kosong tidak terdapat barang dagangan apapun di dalam toko. Apa ada bedanya antar toko-toko tersebut?
Kita berada di pasar. Menemukan empat toko. Ada toko sayur, toko baju, toko elektronik, dan toko buku. Harusnya isi masing-masing toko itu berbeda. Tapi ternyata ketika kita masuk ke ternyata semua toko itu kosong. Tidak ada barang dagangan. Jadi namanya beda, isinya sama saja. Kosong.
Jadi, perang yang terjadi selama ini terjadi antar pengikut agama terjadi seringnya karena fanatisme kepada formalitas. Bukan fanatisme kepada ajaran. Karena sebenarnya semuanya sama saja. Kosong.
فَنَسُوا حَظًّا مِمَّا ذُكِّرُوا بِهِ فَأَغْرَيْنَا بَيْنَهُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاءَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
“Tetapi mereka (sengaja) melupakan sebahagian dari apa yang mereka telah diberi peringatan dengannya.” [Al-Maidah: 14].
Ajaran agama harusnya mengatur kehidupan. Sehingga orang yang berbeda agama, kehidupannya akan berbeda. Kalau hanya sekadar formalitas, maka kehidupan masing-masing pemeluk agama akan sama saja. Agama berbeda, tapi kehidupan sama saja.
Perbedaan antar mereka jadi hanya dalam protokoler, ritual, amalan yang dinampakkan, dan penampilan. Selain itu, sama saja. Karena Islam KTP.
Apa yang harus membedakan?
Akan menjadi berbeda jika mereka benar-benar beriman kepada Allah, beriman kepada Hari Akhir, dan beramal shalih.
مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
“Siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”
Beriman bahwa Allah Taala ada, pengatur segala sesuatu, pengendali segala sesuatu, berkuasa dan berkehendak atas segala sesuatu.
مَا يَفْتَحِ اللَّهُ لِلنَّاسِ مِنْ رَحْمَةٍ فَلَا مُمْسِكَ لَهَا وَمَا يُمْسِكْ فَلَا مُرْسِلَ لَهُ مِنْ بَعْدِهِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
“Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorang pun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak seorang pun yang sanggup untuk melepaskannya sesudah itu. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” [Fathir: 2].
وَإِلَيْهِ يُرْجَعُ الْأَمْرُ كُلُّهُ
“dan kepada-Nya-lah dikembalikan urusan-urusan semuanya.” [Huud: 123].
Apa buahnya? Orang yang beriman kepada Allah Taala tidak akan munafik, tidak akan mencari rezeki yang haram, akan berubah akhlak, prinsip hidup, tujuan hidup, dan nilai kehidupannya menjadi lebih baik.
Beriman kepada Hari Akhir sebagai hari penghitungan perbuatan, diselesaikannya perselisihan hak, dan diberikannya balasan baik-buruk.
Hasilnya, kita menjadi disiplin dalam berbuat, ikhlas dalam beribadah, mendahulukan akhirat daripada dunia. Belajar dari kisah Umar ra. dan anak penggembala yang sangat jauh dari label Islam KTP.
قال له: بعني هذه الشاة وخذ ثمنها؟! قال له: ليست لي، قال: قل لصاحبها ماتت وخذ ثمنها! قال: ليست لي، قال له: خذ ثمنها، قال له: والله إنني لفي أشد الحاجة إلى ثمنها، ولو قلت لصاحبها ماتت أو أكلها الذئب لصدقني فإني عنده صادق أمين، ولكن أين الله؟؟؟
“Umar ra. berkata kepadanya, “Tolong jual kepadaku kambing ini, dan engkau bisa mengambil uangnya.” Anak penggembala itu menjawab, “Kambing-kambing ini bukan milikku.” Umar ra. terus mengatakan, “Katakan saja kepada pemiliknya bahwa seekor kambingnya mati. Engkau bisa mengambil uangnya.” Anak penggembala itu berkata lagi, “Kambing ini bukan milikku.” Umar ra. kembali merayu, “Engkau bisa mengambil uangnya lho.”
Anak penggembala itu kembali menjawab, “Demi Allah, saat ini aku sangat membutuhkan uang itu. Kalau kukatakan kepada pemiliknya bahwa kambingnya mati atau dimakan srigala, pasti dia akan percaya kepadaku. Dalam penilaiannya, aku adalah orang yang jujur dan dapat dipercaya. Tapi di manakah Allah?” Umat Islam saat ini akan jauh lebih baik kalau imannya seperti anak gembala ini. Karena islamnya bukan Islam formalitas a.k.a Islam KTP. (sof1/www.mukjizat.co)
Baca juga:
Tulis komentar terbaik Anda di sini