mukjizat.co – Umar bin Khattab ra. adalah pemimpin yang adil, dan bertakwa kepada Allah Taala dalam memimpin rakyatnya. Selain itu, Umar juga selalu berdoa kepada Allah Taala agar diberi kemuliaan mati syahid.
Putri beliau, Hafsah, terheran dan mengatakan, “Bagaimana mungkin engkau mati syahid, sementara engkau selalu berada di Madinah karena sudah tua?” Umar ra. pun menjawab, “Caranya terserah Allah, ketika menghendaki sesuatu.”
Suatu hari, Umar ra. berkeliling kota Madinah. Ketika sampai ke sebuah lapak, dilihatnya seorang pengrajin yang sedang sibuk membuat sesuatu. Orang itu ternyata adalah seorang Majusi bernama Fairuz An-Nahawandi, atau lebih dikenal dengan Abu Lu’lu’ah.
Umar ra. bertanya, “Apa kerajinanmu?” Abu Lu’lu’ah menjawab, “Aku membuat batu penggiling gandum?” Umar ra. kembali bertanya, “Aku dengar kamu bisa membuta penggiling gandum yang digerakkan dengan angin?”
Abu Lu’lu’ah menjawab, “Aku akan membuat sesuatu untukmu yang akan diketahui orang di seluruh dunia.” Umar ra. kaget dengan jawaban itu, dan memahami bahwa orang Majusi di hadapannya sedang menyampaikan sebuah ancaman.
Di suatu subuh di penghujung bulan Zulhijjah tahun 23 Hijriah, seperti biasanya Umar ra. mengimami shalat di Masjid Nabawi. Ternyata sebelum kedatangan jamaah shalat subuh, Abu Lu’lu’ah telah lebih dahulu menyelinap dan bersembunyi di dekat mihrab membawa sebilah pisau yang telah direndam dalam racun selama satu bulan. Dia berniat membunuh Umar ra.
Umar ra. memulai shalatnya. Tapi Abu Lu’lu’ah tidak langsung membunuhnya karena khawatir masih ada sahabat yang dating untuk bergabung dalam shalat jamaah. Setelah shalat berlangsung beberapa waktu, saatnya Abu Lu’lu’ah menumpahkan dendamnya. Dia pun merangsek kea rah Umar ra. dan menusuk dan merobek bagian perut dan lainnya meninggalkan luka yang dalam dan lebar.
Setelah dirasa cukup luka yang dibuatnya, Abu Lu’lu’ah pun berusaha keluar dari masjid dengan cara melukai para sahabat yang menghalanginya. Sekitar 13 sahabat yang menjadi korban pisaunya, 7 di antaranya meninggal dunia. Ketika tertangkap dan berpikir tidak akan bisa menyelamatkan diri, dia pun bunuh diri dengan menusuk dirinya sendiri.
Umar ra. pulang ke rumahnya. Beliau pingsan cukup lama. Putra-putri beliau bersama para sahabat berusaha membangunkannya tapi sia-sia. Hingga ketika matahari hampir terbit, Umar ra. terbangun. Beliau melihat dirinya berlumuran darah cukup banyak. Rasa sakit sudah menguasai dirinya.
Tapi apa yang ditanyakan beliau kepada orang di sekelilingnya dalam kondisi yang sangat parah itu? Ternyata beliau bertanya, “Apakah orang-orang sudah selesai melaksanakan shalat subuh?” Mereka mengangguk mengiyakan. “Apakah aku sudah melaksanakannya?” Mereka menjawab, “Tersisa satu rakaat yang belum kalau selesaikan.”
Maka Umar ra. pun meminta air. Bukan untuk diminumnya, tapi untuk berwudhu. Beliau berdiri memulai shalatnya, tapi tak lama kemudian jatuh terpingsan lagi. Demikian beberapa kali hingga akhirnya selesailah shalat beliau.
Barulah kemudian beliau bertanya tentang orang yang membunuhnya. Setelah mengetahuinya, beliau berkata, “Alhamdulillah. Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan kematianku di tangan orang yang belum pernah sekali pun bersujud kepada Allah yang bisa digunakannya menghadapiku di akhirat nanti.” (sof1/www.mukjizat.co)
Tulis komentar terbaik Anda di sini