BINGKAI Kabar

Memang Ada Ayat Al-Quran yang Tidak Bisa Dipahami Maksud Sesungguhnya

Memang Ada Ayat Al-Quran yang Tidak Bisa Dipahami Maksud Sesungguhnya, Nusron Wahid
Memang Ada Ayat Al-Quran yang Tidak Bisa Dipahami Maksud Sesungguhnya

mukjizat.co – Beberapa hari ini media sosial sedang disibukkan dengan pernyataan Nusron Purnomo, yang sering dikenal dengan Nusron Wahid, tentang masalah tafsir Al-Quran. Dalam program ILC, Selasa (11/10/2016) yang lalu, Nusron yang merupakan tim sukses kubu petahana dalam pemilihan gubernur DKI Jakarta, menolak sikap MUI yang berdalilkan Al-Quran surat Al-Maidah ayat 51 untuk meminta umat Islam tidak memilih calon gubernur yang tidak beragama Islam.

Di antara argumentasi Nusron adalah bahwa ayat tersebut tidak bisa digunakan untuk meminta umat Islam tidak mengangkat non Muslim menjadi pemimpin. Di awal pernyataannya, Nusron mengatakan, “Saya ingin menegaskan di sini, yang namanya teks apapun, itu bebas tafsir, bebas makna. Yang namanya Al-Quran yang paling sah untuk menafsirkan yang paling tahu tentang Al-Quran itu sendiri adalah Allah SWT dan Rasulullah. Bukan Majelis Ulama Indonesia.”

Sepertinya Nusron ingin menggiring masyarakat Jakarta bahwa tidak perlu mendengar para ulama, termasuk MUI, dalam masalah-masalah tertentu, walaupun para ulama tersebut menggunakan dalil ayat-ayat Al-Quran, karena yang memahami tafsir dan maksud ayat-ayat tersebut hanyalah Allah Taala.

Terkait dengan masalah ini, Dr. Fahmi Islam Juwanto memberikan komentar, “Ada yang mengklaim Qur’an tidak dapat dipahami. Kalau itu pengakuan pribadi, itu bagus. Sebaiknya dia tahu diri. Memang banyak ulama yang lebih berpengetahuan dari dia, yang harus dia hormati. Tapi Al-Quran itu petunjuk, sehingga pasti dapat dipahami. Kalau ada yang tidak paham, dia punya problem serius. Ayat-ayat muhkamat, semua jelas. Bagi yang mempelajari dan ingin dapat petunjuk.”

Pernyataan Nusron ada benar, ada salahnya. Benar untuk ayat-ayat yang dikategorikan ulama termasuk ayat-ayat mutasyabihat. Namun pernyataan itu salah jika digunakan untuk ayat-ayat muhkamat. Ayat muhkamat adalah ayat-ayat yang jelas maknanya, sedangkan ayat mutasyabihat adalah ayat-ayat yang maknanya tidak jelas, dan tidak bisa dipahami oleh manusia. Hanya Allah Taala saja yang tahu hakikat maknanya.

Allah Taala berfirman, “Dialah yang menurunkan Al Kitab (Al Qur’an) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat itulah ummul kitab (pokok-pokok isi Al Qur’an) dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: “Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari isi Tuhan kami.” Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.” [Ali Imran: 7].

Karena ayat-ayat muhkamat adalah ayat-ayat yang jelas maknanya, maka Allah Taala menjadikannya sebagai ummul kitab (tempat kembalinya seluruh ayat dalam Al-Quran). Tempat kembali di sini bermakna, jika kita bertemu dengan ayat mutasyabihat, ayat tersebut harus dipahami dalam kerangka ayat muhkamat.

Ayat mutasyabihat di antaranya adalah ayat-ayat yang menyebutkan sifat-sifat Allah Taala, yang kalau dimaknai dengan akal manusia bisa berujung kepada menyerupakan Allah Taala dengan makhluk-Nya. Seperti ayat yang menyebutkan Allah Taala mempunyai tangan, mata, kaki, Allah Taala tersenyum, datang, turun, bersemayam, dan sebagainya. Maka ayat-ayat tersebut harus dikembalikan kepada ayat muhkamatnya, yaitu firman Allah Taala, “Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” [Asy-Syura: 11].

Jadi tidak benar jika benar jika hanya Allah Taala yang mengetahui maksud firman-Nya. Bahkan ayat mutasyabihat pun bisa dipahami, tapi dalam kerangka ayat muhkamat. Misalnya, Allah Taala mempunyai tangan, tapi tangannya tidak sama dengan tangan makhluk-Nya.

Lebih umum lagi, seorang sahabat yang dikenal sangat pakar dalam ilmu tafsir, yaitu Ibnu Abbas, membagi ayat-ayat Al-Quran menjadi empat macam. Pertama, adalah ayat-ayat yang harus dipahami oleh semua orang. Misalnya adalah ayat “Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” [Al-Baqarah: 163].

Kedua, ayat-ayat yang bisa dipahami oleh orang-orang yang mengetahui bahasa Arab. Ketiga, ayat-ayat yang hanya dipahami oleh orang-orang yang mendalam keilmuannya. Mereka adalah ulama-ulama memenuhi persyaratan untuk menafsirkan dan menyimpulkan maksud ayat-ayat Al-Quran. Mereka adalah ulama-ulama tafsir. Terakhir, keempat, ayat-ayat yang hanya dipahami oleh Allah Taala saja, yaitu ayat-ayat mutasyabihat terkait sifat-sifat Allah Taala. (sof1/mukjizat.co)

Silahkan dibagikan artikel ini jika bermanfaat, terima kasih.

Moh. Sofwan

Tulis komentar terbaik Anda di sini

Silahkan klkik disini untuk mengunggah komentar Anda